Di tengah luasnya hamparan danau yang tenang di pedalaman Kalimantan, sebuah kisah menggugah hati lahir melalui film Tale of the Land. Film ini bukan sekadar cerita tentang tanah dan air ia adalah potret luka, kehilangan, dan keberanian seorang gadis muda bernama May, yang mencari makna “pulang” di tengah dunia yang tak lagi ramah.
May adalah seorang gadis suku Dayak yang hidup bersama kakeknya, Tuha, di rumah terapung di atas danau. Sejak kecil, ia dihantui trauma mendalam akibat konflik tanah yang merenggut nyawa kedua orang tuanya. Luka itu begitu dalam, hingga ia tak lagi sanggup menapakkan kaki di daratan. Bagi May, tanah bukan lagi sumber kehidupan melainkan sumber ketakutan.
Namun, hidupnya mulai berubah ketika seorang peneliti muda datang ke wilayah itu. Kedatangan orang luar tersebut membuka kembali lembaran masa lalu yang selama ini ia kubur dalam diam. Melalui pertemuan itu, film ini perlahan menyingkap hubungan manusia dengan tanah bukan hanya sebagai ruang hidup, tetapi juga sebagai bagian dari identitas, sejarah, dan jiwa.
Disutradarai dengan kepekaan visual yang luar biasa, Tale of the Land menampilkan lanskap alam Kalimantan yang megah namun melankolis. Setiap adegan seolah berbicara air yang beriak lembut, kabut yang menutup pepohonan, dan bayangan rumah terapung menjadi simbol perjalanan batin May. Film ini menggabungkan sinematografi yang puitis dengan narasi yang intim, menghadirkan pengalaman menonton yang begitu emosional dan reflektif.
Selain mengangkat isu ekologis dan konflik agraria, Tale of the Land juga menyoroti trauma lintas generasi yang sering terabaikan. Bagaimana luka masa lalu sebuah keluarga bisa menurunkan rasa takut dan kehilangan arah bagi generasi berikutnya. Namun di balik semua kepedihan itu, film ini tetap menawarkan secercah harapan bahwa keberanian untuk menghadapi tanah sendiri adalah langkah pertama menuju penyembuhan.
Aktor muda yang memerankan May tampil dengan begitu memikat. Ia membawa emosi yang sunyi namun dalam, sementara sosok Tuha, sang kakek, menjadi representasi kearifan lama yang nyaris terlupakan. Keduanya menciptakan dinamika yang lembut tapi kuat, membuat penonton ikut tenggelam dalam perasaan rindu, takut, dan kasih yang tak terucapkan.
Lebih dari sekadar tontonan, Tale of the Land adalah pengalaman spiritual dan visual. Ia mengajak kita merenungi hubungan manusia dengan alam, dengan sejarah, dan dengan dirinya sendiri. Film ini menegaskan bahwa tanah bukan hanya milik fisik ia adalah bagian dari ingatan, warisan, dan identitas yang membentuk siapa kita.
Jika kamu mencari film yang menyentuh, indah secara visual, dan sarat makna, Tale of the Land adalah jawabannya. Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan kisah penuh emosi ini hanya di Layar21.
🌿 Segera tonton Tale of the Land di Layar21 dan rasakan sendiri bisikan tanah, air, dan jiwa yang terlupakan.
